Tumbuhan paku-pakuan mempunyai
peranan penting dalam ekosistem hutan dan manusia. Dalam ekosistem hutan,
paku-pakuan berperan dalam pembentukan humus dan melindungi tanah dari erosi,
sedangkan untuk kehidupan manusia, tumbuhan paku-pakuan berpotensi sebagai
sayur-sayuran, tanaman hias, bahan obat-obatan
tradisional dan kerajinan tangan.
Seram merupakan pulau yang kaya
akan potensi sumber daya alamnya, khususnya flora dalam jumlah yang banyak dan
sudah lama diketahui secara umum. Beberapa jenis dari tumbuhan-tumbuhan
tersebut mempunyai penyebaran terbatas, diantaranya adalah tumbuhan paku (Pteridophitha).
Taman Nasional Manusela
mempunyai salah satu fungsi sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman flora di
Pulau Seram, termasuk dalam hal ini adalah pengawetan jenis tumbuhan Pakis
Binaiya (Chyathea Binayana) – merupakan jenis paku-pakuan endemik Pulau
Seram yang habitatnya berada di sekitar Puncak Binaiya. Altitude terendah habitat jenis ini berada pada ketinggian 2.600
mdpl.
Bentuk
tumbuhan paku jenis ini hampir menyerupai pohon kelapa, sehingga mudah
dibedakan dengan jenis paku lainnya. Pada batang bagian atas hanya terdapat
lekukan dangkal bekas tangkai daun melekat. Tinggi batang Pakis Binaiya bisa
mencapai 10 - 12 meter dengan tekstur batang yang kasar dan sangat keras,
hingga tak jarang melihat pakis yang telah mati namun batangnya tetap berdiri
tegak dan kokoh.
Analisis
terhadap populasi Pakis Binaiya (Chyathea
Binayana) dilakukan dengan mengklasifikasi habitat berdasarkan perbedaan
ketinggian (altitude). Altitude
terendah dari habitat jenis ini berada pada ketinggian 2.600 mdpl dan tertinggi
berada pada ketinggian 3,000 mdpl. Sehingga klasifikasi altitude dilakukan untuk setiap kenaikan 100 mdpl.
Dari
hasil pengamatan di lapangan, kerapatan (Ind/Ha) di beberapa altitude, Pakis Binaiya (Chyathea Binayana) pada ketinggian 2.600
– 2.700 mdpl memiliki jumlah populasi yang lebih kecil dibandingkan dengan
level di atasnya. Karena pada level ini kondisi habitat lebih banyak tumbuh di
daerah lembah. Dari kondisi seperti itu dapat diketahui bahwa Pakis Binaiya (Chyathea Binayana) kurang menyukai
habitat dengan lapisan tanah tebal, yang mana dengan kondisi tersebut banyak
ditumbuhi jenis pohon berkayu besar yang
memungkinkan ruang tumbuh akan didominasi oleh jenis pohon, sehingga
Pakis Binaiya (Chyathea Binayana)
cenderung kurang berkembang di habitat tersebut.
Pada ketinggian 2.700 – 3.000 mdpl
menunjukan dugaan populasi Pakis Binaiya (Chyathea
Binayana) yang cukup besar, khususnya pada ketinggian 2.800 – 2.900 mdpl.
Pada range level tersebut habitat pakis berada di lereng Gunung Binaiya. Lereng
yang cukup terjal dengan lapisan tanah yang tipis menjadi kondisi habitat yang
disukai tumbuhan jenis ini dikarenakan sangat sedikit tumbuhan yang mampu
tumbuh pada daerah tersebut. Tumbuhan lain yang mampu tumbuh hanya sampai
tingkat perdu/semak yang tingginya lebih rendah jika dibandingkan dengan Pakis
Binaiya (Chyathea Binayana). Sehingga
pakis bisa tumbuh dominan di habitat yang ekstrim bagi tumbuhan lain. Inilan
yang menjadi salah satu keunikan dari jenis endemik yang hanya dijumpai di
sekitar lereng Gunung Binaiya.
Kondisi
populasi Pakis Binaiya (Chyathea Binayana)
dideskripsikan berdasarkan kondisi yang dijumpai selama kegiatan inventarisasi
dilaksanakan, pada ketinggian 2.600 – 3.000 mdpl.
Berdasarkan
hasil pengamatan oleh pihak Taman Nasional Manusela, pada bulan September 2013,
jumlah anakan (tinggi kurang dari 1 meter) Pakis Binaiya (Chyathea Binayana) yang dijumpai pada petak ukur tergolong sangat
sedikit. Dari 27 petak ukur yang ada, anakan jenis ini hanya dijumpai pada 5
petak ukur dengan jumlah 12 individu pada ketinggian 2.800 – 2.900 mdpl.
Kondisi tersebut menggambarkan regenerasi Pakis Binaiya (Chyathea Binayana) memiliki jangka waktu yang cukup lama dan spora
yang jatuh memiliki persentase tumbuh yang sangat kecil. Disamping itu, di
lokasi inventarisasi banyak dijumpai Pakis Binaiya yang telah mati. Hampir
disetiap petak ukur ditemukan individu yang mati. Jumlah terbesar dijumpai pada
level ketinggian 2.600 – 2.700 mdpl. Hal ini dikarenakan pada ketinggian
tersebut jenis tumbuhan ini banyak tumbuh di bawah naungan pohon tinggi dan
besar.
Perlu
dilakukan penelitian atau monitoring lebih lanjut yang dilakukan secara periodic
minimal 5 tahun sekali, untuk mengetahui perkembangan populasi jenis ini yang
regenerasinya tergolong sangat lambat. Diperlukan kerjasama dengan pihak lain
untuk mengkaji aspek-aspek yang menjadi faktor utama perkembangbiakannya. Sebagai
upaya preventif dalam mencegah kerusakan habitat Pakis Binaiya (Chyathea
Binayana) diperlukan penyebaran informasi dan edukasi bagi para pendaki
Binaiya untuk tidak merusak dan memotong bagian dari tumbuhan endemik ini yang
dapat menyebabkan kematian pada tumbuhan tersebut.
artikel yang sangat bermanfaat gans menambah wawasan daratan afrika gan
BalasHapusTerima kasih informasinya sangat membantu
BalasHapus